bilik BINTANG, yang sedang dan akan terus kejar kejora, terangi semesta
bilik BINTANG, tempat bermimpi, berkeluh, bercermin, bercerita
bilik BINTANG, untuk DUNIA...


Wednesday, December 31, 2003


biarkan....
selaksa hasta terbentang
sedwita detik menghalang

biarkan aku
dipasung rindu!

Tuesday, December 30, 2003


saatnya kelir ulang kanvas hidupku
perlu bara merah
perlu sejuk biru
perlu tegas hitam
perlu gemulai putih
perlu sehat hijau
perlu pucat krem
perlu nyala kuning
perlu temaram jingga
perlu getir lembayung
perlu genit merah jambu

saatnya kelir ulang kanvas hidupku

Thursday, December 18, 2003


Dan musim dingin pun tiba. Daun-daun yang berkarat itu telah rontokkan diri, kembali ke tanah. Angin kian hari, kian beku...

Hhhhh, ini yang bikin males ke sekolah. Karena gue harus naek sepeda ke stasiun pulang pergi tanpa sarung tangan. Sejak yang kanan ilang winter tahun lalu gue belom punya sepasang yang baru. Sarung tangan yang sekarang tinggal satu itu lumayan gue suka. Warnanya item, nggak tebel, lumayan anget, nggak katro, dan murah. Hahhh....makanya lumayan shocked pas sadar keilangan satu.

Kehilangan satu dari sepasang bener2 lebih ngebetein daripada keilangan dua2nya. Palagi kalo bendanya itu kita butuhnya cuma sepasang dan butuhnya ngga sepanjang tahun, kayak sarung tangan. Kalo kaos kaki sih, gue bakal beli baru. Tapi sarung tangan.... Mmmm, bingung!!! Mendingan kalo ilang, ilang sekalian dua-duanya. Bener2 ilang satu ninggalin harapan yang nanggung. Kalo nunggu ampe ketemu lagi, ya kayak gini, sampe ketemu berarti harus tabah. Kalo langsung mutusin beli baru, mikirnya gimana ntar kalo ketemu, kan gue nggak butuh dua? Hehehe...emang dasar gue pelit kali ya? Nggak! Gue sama sekali nggak pelit. Tapi gue punya こだわり (apa ya, bahasa indonesianya? mmmm... keinginan? nggak banget. Tapi intinya kayak gitu deh..) khusus (dan bodoh) ama masalah ini. Tetep aja udah harus mulai beli sarung tangan secepetnya!!! Nggak boleh males sekolah gara-gara nggak punya sarung tangan. Konyol!!

Nggak ada hubungan langsung ama ini, tapi temen gue hampir aja kehilangan satu dari sepasang... nyaris!

(inspired by an episode from Ally McBeal)

Wednesday, December 17, 2003


Seneng banget kemarennn... Huwaaaa... terharuwww. Kemaren, ditraktir ama anak-anak domino makan bareng di Shakey`s. Needless to say that for me everything was on the house, but we did have a grrrrreeaaat time. Ngobrol panass banget tentang macem2, buku, game, foto waktu kecil, makanan yang nggak disuka, ampe rencana kostum buat winter live ntar (rencananya mo nge-Matrix!! It`s not that we are Neo-wanna-be, but we just want to surprise the folks by appearing differently to the way we look up to now). Pokoknya intinya ngobrolnya rame banget, everyone is on perfectly good mood! Abis itu bareng domino ngambil foto sticker (sekedar informasi, ini hal yang sangat jarang, karena salah satu member nggak suka banget ama foto sticker) dan ngelanjutin latihan ampe malem, ampe gue nggak dapet bis biasa dan harus naek bis tengah malem yang bayarannya dua kali lipet (nggak masyalahhh).

Terus kemaren juga ada sesuatu yang ngagetin, BANGET! Pas jalan ke restoran, gue iseng aja bilang ama Jack, kalo gue lagi baca novelnya Murakami Ryu yang "Almost Transparent Blue" dan tiba-tiba, dia diem, ambil nunjukin ekspresi kaget yang lumayan hebat. Tiba-tiba dia ngeluarin novel yang sama (tapi versi japanesenya) dari kantong jaketnya. Gila!! Nggak cuma di sini aja, kita sama mulai baca dari kemaren, daann berenti di tempat yang sama!!! Gilaaa... kita bedua langsung takjub. Emang gilaa....

Dan gue udah selese baca akhirnya novel itu. Kaget! Sangat vulgar! Bener2 ngerti kalo novel itu dianggap salah satu karya revolusioner dalam sastra Jepang. Tapi, ya itu... vulgar. Gue aja ampe mo muntah pas bacanya. Palagi baca versi aslinya.. ntar pinjem ah, sama si Jack.

Dan satu lagi, cerita kebetulan kemaren. Jadi di stasiun terdekat dari kampus, kemaren ada yang ketabrak kereta. Nggak tahu kecelakaan ato bunuh diri. Di sini sih udah biasa. Emang gila. Dah tahu kalo bunuh diri dengan nabrakin diri ke kereta, keluarga bakal kelimpungan karena harus ngebayar ganti rugi yang guedee ke perusahaan kereta yang rugi karena kereta harus berenti beberapa saat dan timetable yang ancur, tetep aja ada yang bunuh diri. Tau diri napa ya.... Anyway, yang pengen gue kasih tahu, Hady pulang naek kereta sebelum kereta yang nabrak, dan Deddy pulang naek kereta sesudahnya. Kereta yang nabrak by the way nggak ekspres, jadi ngga berenti di stasiun deket sekolah. Hahh...kebetulan, kebetulan....

dan hidup ini benar-benar tumpukan kebetulan...

Tuesday, December 16, 2003


LA VOCE WINTER LIVE 2003 And finally, here is the thang you guys yearning to know, all the infos bout La Voce Winter Live 2003 which is going to be held on this coming December 26. Anyway, for those who don't know what La Voce is, it is the Tokyo University Acappella Club, in which I presently enroll. Yap, we`re singing without using any instrument. Back to the topic, as I wrote before, my band, dominoplan, has the privilage to perform at the stage, to sing 3 jazz tunes. Promise you cozy, or maybe somewhat arousing(?) sounds, though we hardly practise lately.

Click here for further information. Unfortunately the site is only in Japanese. Maybe some pictures will help you a bit to figure out how it will be goin' to be. See the left part, click the line just right below information, and you will find us. So, grab the ticket and see ya there!!!

Monday, December 15, 2003


MOVIE REPORT. The movie I`m going to talk about is In America. A week ago, I knew nothing about this movie, then coincidentally saw the trailer on TV, surfed the internet to know a bit more, and yesterday went to cinema to watch it. Here I must admit, I can't bear the temptation of firstly, human drama, secondly, comments like 2004 Oscar strong candidate, etc and thirdly, minor flicks (at least here and at this time being), so I didn't`t waste my time on hesitating any further whether I should spend 1500 yen for this or not.

The film itself portraying an Irish family immigrating to America for the pursuit of new life, after the death of their son. And, as you can guess, the new life in New York ain't that sweet. However, the parents are trying their best not to show any single miserable face to their two unbelievably adorable daughters.

Anyway, generally, the film itself goes like...emm...simply saying, I am Sam of the kind. We have precocious little girls here to squeeze your tear gland kinda thing. Surely not a bad movie, but for me it`s also not that good, for I didn`t get as much as what I expected. I was perfectly prepared to humiliate myself by shedding tears along the movie, just like what happened when I watched I am Sam. However, my eyes didn't even get wet at all. Anyway, every one here made a very good job in playing the role. I especially love the act of one who plays Mateo. One thing for sure, this flick is worth watching for parents or those who want to be ones someday.

Thursday, December 11, 2003


New York, few hours ago...

Hello everyone. My name is Kazuo Mitsui. I love New York.

Tebak, berapa kali bakal gue denger itu hari ini! So far udah 4 kali. Dan baru jam 6 pagi. No hard feeling, Kaz...

Tuesday, December 09, 2003


Eh, eh, isiin buku diare gue doooong! Jangan coba mungkir kalo dulu jaman kuda gigit besi elo-elo nggak bisa melafalkan buku diary dengan benar. Memang nggak semuanya sih bilang "diare", ada juga yang bilangnya "diari". Tapi yang paling penting, gue punya keyakinan besar bahwasanya nggak ada anak SD yang endesprei baca buku diary.

Selain cara membacanya, what-so-called buku diary pas jaman ini punya kekhususan. Hampir setiap anak, setidaknya yang gue tahu, mengisi buku diari ini dengan seragam, terutama pada bagian2 tertentu, yang kalo dibaca sekarang, wuahahahaaa....siap2 aja untuk menertawakan drimu dulu yang naif dan lugu.

Udahlah, nggak rame kalo hanya dianalisis seperti ini. Let`s move on to the real example. Siap-siap bernostalgia yaaaa.....

=========

Bandung Dulu, Baru Jakarta
Senyum Dulu, Baru Dibaca


Nama Lengkap : Entin Agustianti

Nama Panggilan : Tyna

TTL : Rumah Sakit, 4 Desember 1982

Alamat : Bojong Kelabu No. 13

Hobby : Bernapas (gak penting!), Berenang, Bola Basket (anak laki biasanya gatel mo nulis ini)

Minuman Fave. : Fanta, Coca Cola, Sprite (minuman wajib anak gaul), Air Putih

Makanan Fave. : Pizza, Fried Chicken (padahal baru sekali makannya)

Agama : Islam 100% (nggak ada yang nggak nulis kayak gini...kadang2 malah dilebihkan!

Cita-cita : Presiden, Dokter, Insinyur Pembangunan (apaan coba!?! Gak Jelas!!)

Idola : Ryan Hidayat, Nike Ardila, Dessy Ratnasari (Mereka juga punya zaman keemasan)

Kata Mutiara :
Sholatlah kamu sebelum kamu disholatkan (Anak kecil dalem banget ya...)

Ciumlah sajadahmu (ada juga yang nulis ibumu) sebelum kau cium pacarmu (harap diperhatikan...anak SD yang nulis!!!)

Muda foya-foya, Tua kaya raya, Mati masuk surga (yang udah kenal JOGER)

Pesan dan Kesan :
Janganlah kau berjalan di depanku karena kau bukan pemimpinku. Janganlah berjalan di belakangku, karena kau bukan pembantuku. Berjalanlah di sampingku karena kau adalah sahabatku... (Nggak kuatttttt!!!)

B = Baik Anaknya
U = Unggas Binatang Kesukaannya
D = Duku Buah Favoritnya
I = Itali negara kesukaannya
(sok teuuuuu)

Jangan lupakan persahabatan kita ini...

KISS (Kisah Indah Semasa Sekolah) (Wakakakakkk....!!!!)

Buah Jeruk, Buah Delima
Tulisan Buruk, Jangan Dihina

Burung Irian, Burung Cendrawasih
Cukup Sekian Terima Kasih

SALAM MANIS SELALU UNTUk KAMU (bentuknya nggak kayak gini, entar direvisi)


tanda tangan super indah
(jangan lupa lampirin poto paling keren, tentunya potretan studio)

Sunday, December 07, 2003


Takdir memang nakal
Dia datang, gelitikimu hingga tergelak
Tapi lalu pergi, tak tanggung jawab
Telantarkan kamu yang bingung
Bagaimana caranya hentikan tawa

Saturday, December 06, 2003


Aku terbangun dari tidurku. Di luar dingin. Tapi di atas sana, langit indah. Bulan yang malu kenakan selendang awan tipis untuk tutupi sebagian wajahnya. Tapi malam ini dia keluarkan pancaran terbaiknya. Karena dia bahagia dia tidak sendiri. Bintang-bintang keluar dari persemayamannya dan bermain-main dengan sinarnya. Entah bercengkerama ceria dengan bintang lainnya. Entah menggoda bulan dengan genitnya.

Di timur, ada satu bintang yang beda. Dia memang yang paling terang. Padahal paling jauh. Angkuh tak balas sapa bintang lain. Tak pernah mengedip. Tak pernah bergeming. Hanya terus mempesona dengan cahaya surgawinya. Dia yang kupuja. Kejora.

Ini saatnya kupetik dia dari taman angkasa, lalu ku bawa pulang terangi rumah. Aku ambil mantel terbaikku, hempaskan pintu kamar, berlari mengambil tangga.

Gema langkahku di lorong bangunkan dia.

"Mau ke mana?"
"Ambil tangga. Jatuhkan kejora"
"Butuh bantuanku?"
Aku diam tak menjawab. Kupikir aku mampu sendiri.
"Tunggu. Aku ambil mantelku dulu. Tangganya pasti berat. Setidaknya aku bisa sumbang tenaga, usung tangga."

Dan kami gotong tangga itu berdua. Berlari tergesa, karena dia mengerti kejora tak muncul setiap waktu.

Dia pecahkan keheningan yang membentangi kami. "Tunggu! Kita tak perlu ajak Ia?"
"Ia pasti sudah terlelap. Lagian dia paling tidak suka keluar saat dingin begini."
"Ajaklah. Lagipula kita kan lewati rumahnya. Ia pasti akan turut pergi."

Aku turuti idenya dan kami berhenti ketuk pintu rumah ia. Setelah beberapa saat, ia muncul dengan muka sedikit marah.

"Ada apa malam-malam ganggu orang tidur?"
Sudah kubilang pasti ia tak mau. Aku diam saja sambil melirik, salahkan dia.
"Mau ikut kami, tidak?", dia berkata.
"Dingin-dingin begini? Gila..."
"Ya sudah, kalau tidak mau."

Dugaanku tak meleset. Kami berbalik, teruskan perjalanan. Tiba-tiba, dari belakang ada suara.

"Tunggu! Aku benci harus kenakan tudung ini tuk tutupi rambutku yang berantakan. Aku benci harus tinggalkan rumah tanpa berdandan. Ini semua salah kalian." Ia menggerutu, tapi ikut berlari bersama kami. Tempat tuk tegakkan tangga masih jauh. Dan kami harus terobos kerumunan orang. Ada yang apatis, ada yang senyum sinis. Ada yang semangati, ada yang tampak iri. Kami terus berlari, tanpa henti.

Dan kami tiba di destinasi. Kami tegakkan tangga. Aku siapkan hati. Karena ku tahu, ini bukan pekerjaan mudah.

"Aku naik."
"Kami akan selalu di sini. Jaga di bawah. Pegangi tangga. Selamat jalan", dia berkata.
"Cepatlah naik. Nanti kejora hilang. Lagipula aku ingin cepat selesai. Mau lanjutkan tidur", ia melanjutkan.

Aku injak anak tangga pertama, kedua, ketiga, dan berikutnya. Aku tambah kecepatan mendakiku. Tapi jarak kejora dan aku bagai tak memendek. Dia tetap angkuh. dan aku terus memanjat. Udara terasa makin dingin. Aku terus memanjat. Tapi kejora masih jauh. Tiba-tiba angin putus asa berhembus dengan kencang. Hebat menggoyang tangga. Aku takut. Takut jatuh. Aku berhenti memanjat. Kupikirkan niatku sekali lagi. Dan aku teriak.

"Aku tak sanggup! Aku turun sekarang. Ini mustahil!"
"Ini sudah tanggung! Tak sebaiknya kamu turun dan pendam impian. Teruskan. Percayakan semua pada kami. Kami akan selalu pegangi tangga ini", dia balas teriak.

Aku diam sejenak. Dalam hening, kubiarkan kata-katanya membakarku perlahan, mengembalikanku lagi ke aku yang penuh gairah, seperti beberapa jam yang lalu. Ya. Sudah kepalang basah. Kuteruskan memanjat. Tiba-tiba, bulu kudukku berdiri. Semua jadi begitu menakutkan. Apa ini, pikirku dalam ini. Aku merasa sekelebat sosok lewati aku. Saat aku gerakkan mata ke arahnya, sosok itu langsung lenyap. Aku tahu siapa itu. Pasti hantu sepi. Aku makin gentar. Aku takut. Takut sendiri. Aku berhenti memanjat. Aku menangis ketakutan, tapi kuberusaha keras agar tak terdengar dari bawah.

Tiba-tiba terdengar bunyi dari bawah. Suara nyanyian jenaka.

"Aku bawa sendok dari rumah," ia berkata sambil tertawa. Ia terus pukulkan sendok ke tangga, lahirkan bunyi tuk usir sepiku. "Jangan khawatir, kau tak pernah sendiri. Biar orang lain yang tak tahu ini menganggapku gila. Tapi aku ingin kau tahu kau tak akan sendiri!"

Ia terus tertawa. Dia pun terseret tertawa. Dan aku pun terbawa. Senyum lega melintang. Kutertawakan diriku yang bodoh, yang pengecut. Kujejakkan kakiku di anak tangga berikut. Kutengedahkan kepala. Masih jauh. Kejora masih angkuh.

Aku percepat gerak kaki. Dengan hati penuh harapan, senyum percaya diri, dan keyakinan tak akan pernah sendiri, aku lanjutkan pendakian. Terus ke atas. Terus dan terus.

Tiba-tiba....aku tak percaya ini. Tapi kejora tadi berkedip. Kejora benar-benar berkedip. Sekali saja, tapi cukup bagiku tuk menangkap maksudnya. Aku ada dan Kamu mampu....

Di bawah masih tetap meriah. Kujatuhkan senyum, sembari terus mendaki, kejar kejora...

...kalian tahu ini kutulis untuk kalian...

Tuesday, December 02, 2003


MOVIE REPORT Minggu lalu nonton dua film yang dua-duanya happened to be somewhat, naa....quite, erotic. Yang satu nonton di DVD sekolah, Y Tu Mama Tambien, dan yang satu lagi nonton di bioskop, Brown Bunny.

Y Tu Mama Tambien Finally bisa nonton juga nih film, setelah perjuangan yang cukup lama. Dulu sempet download pake Kazaa, ditunggu udah lama ternyata dalam bahasa Spanyol tanpa subtitle sama sekali. Dan karena gue pengen ngerti ceritanya, buah penantian berhari2 itu langsung gue delete. Dan ternyata bulan lalu, ruang Audio Visual kampus beli DVD-nya. Senangnya.... By the way, selain impact yang paling kuat, yaitu EROTIS (scene2 awalnya itu loh...), nih film punya skenario-nya yang bagus. Selipan narasi di tengah2nya, sangat なつかしい. Terus, Klimaksnya sangat kerasa, endingnya juga berkelas. Pantes masuk 10 besar film yang gue tonton tahun ini.

La vida tiene sus maneras de enseñarnos
Life has its way of teaching us
La vida tiene sus maneras de confundirnos
Life has its way of confusing us
La vida tiene sus maneras de cambiarnos
Life has its way of changing us
La vida tiene sus maneras de asombrarnos
Life has its way of astonishing us
La vida tiene sus maneras de herirnos
Life has its way of hurting us
La vida tiene sus maneras de curarnos
Life has its way of curing us
La vida tiene sus maneras de inspirarnos.
Life has its way of inspiring us


Brown Bunny. Jangan begadang, jangan makan banyak sebelom nonton! Karena satu setengah jam pertama film ini membosankan....sangat. Susah ngerti pengen nyampein apa sebenernya awal2nya. Dialog yang minim mengesankan dengan kuat kalo sutradaranya pengen buat gambar yang bicara, buat mimik bicara, buat HENING bicara. Tapi Nih film punya ending yang mengejutkan, yang cukup untuk mengkompensasi semua kebosanan. Kalo ketiduran sepuluh menit terakhir equals dengan nggak ngerti apa2. Setelah nonton, baru kita bisa mengkaitkan yang terjadi sebelum itu, tapi tetep aja gue ngerasa nggak ada sesuatu yang signifikan. Gue juga nggak dapet hint banyak. Ketertarikan cowok itu dengan perempuan yang named after flowers juga nggak ngasih sesuatu yang begitu berarti. Gue ampe mikir, ini sebenernya film yang NGEBOSENIN apa DALEM BANGET sih? Satu lagi, pasti budgetnya rendah.

Monday, December 01, 2003

TVRI menjalin persatuan dan kesatuan.... Mungkin sekarang, di antara sekian banyak stasiun TV yang ada di Indonesia, jumlah orang, khususnya di Jakarta, yang memilih TVRI sebagai stasiun TV favorit itu dikiiiit banget. Yah emang wajar sih, mungkin banyak yang menganggap acara di TVRI nggak seru, kalah rame ama MTV-nya Global TV, Bajaj Bajuri-nya Trans TV, berita2nya Metro TV, bahkan Tersanjung, sinetron abadi, milik Indosiar. Tapi, cuma pengen ngingetin, bagi anak2 kelahiran 80 dan sebelumnya, yang menghina-dina-mariana-kan TVRI sekarang, harap diingat bahwa kalian semua tumbuh bersama TVRI, dengan program2nya yang saat itu mampu memaku mata2 kamu pada layar kaca.

Sebut aja deh, mulai dari UNYIL. Walo sekarang gue udah nggak bisa nginget nama seluruh tokoh yang muncul di sana, gue yakin Pak Ogah, Pak Ableh, Pak Raden, Bo Bariah, nggak bakal hilang dari ingatan. Minggu pagi lima belas tahun lalu, sambil makan nasi goreng mama kalo nggak nasi pake kecap dan abon, ada gue yang ketawa nonton Unyil. Abis itu kalo nggak salah ada PANGGUNG HIBURAN ANAK-ANAK, RIA JENAKA, dan ALBUM MINGGU KITA (lupa urutannya gimana). Tapi masih inget ada Kak Puput Novel yang jadi MC acara tempat anak2 Indonesia memuja artis2 cilik kayak Puput Melati, Melissa, Bayu dan sapa gitu. Dan gue masih inget acara yang selalu dianjurkan bokap untuk dicermati, karena penuh petuah bagus dari Semar, dan rame karena ada Bagong, Petruk, Gareng, dan Mono. Dan gue dulu lumayan mengagumi Fajar, anak temen Bokap, yang kakeknya jadi Gareng. Terus gue juga nggak lupa ada Bung Adam yang setia menemani pemirsa di minggu pagi, dengan Album minggu (det..det...ada gambar bintang), album minggu kitaaaaaaa.

Itulah sepercik nostalgia minggu pagi lebih dari satu dasawarsa lalu. Pagi di mana bangun lebih telat dari biasanya karena hari libur dan karena tadi malemnya tidur telat nongkrongin eS-A-eF-A-eR-I SAFARI yang diasuh Edy Sud. Yang mungkin bagi artis2 zaman itu, tampil di sana sama dengan jadi sebuah prestise. ANEKA RIA SAFARI ini hadir setiap dua minggu sekali, bergantian dengan KAMERA RIA yang berbau militer. Abis itu biasanya ada film nasional Indonesia yang diputer tengah malem. Jadi inget satu episode nonton berdua ama mama, kalo nggak salah judul filmnya SELENDANG SUTRA UNGU, dan Bintang yang masih kelas 3 SD menangis hebat karena terharu, sambil bilang "Kok orang jahat banget, ya, Ma?". Untung filmnya berakhir dengan bahagia dan Bintang tidur tenang di pelukan mama.

Selain itu masih ada acara2 keren di TVRI. Anak2 biasanya nggak ngelewatin HE-MAN (ampe sekarang nggak tahu He-Man ngomong apa sih pas berubah), TARZAN, dan TEENAGE MUTANT NINJA TURTLES. Khusus yang terakhir ada memori ekstra. Waktu masih di Pekan Baru, waktu TVRI masih mulai jam setengah 3, gue pernah jatohin TV gara2 buru2 pengen nonton Tenage Mutan Ninja Turteles (gue nggak bisa bacanya dulu) dan dimarahin papa abis2an. Hah...dan temen gue yang semangat nonton kura-kura ninja bareng langsung bilang "Bintang, pulang dulu.." padahal a friend in need is a friend indeed kan? Tapi lewat KKN, gue dan seorang temen gue, mungkin juga seluruh anak2 di Indonesia, jadi terobsesi pengen makan pizza.... masa-masa itu. Satu lagi acara anak2 yang bikin gue nggak sholat maghrib di surau dan waktu ditanya guru ngaji ngomongnya "Sholat di rumah, Pak!" adalah FUN HOUSE with J. D. Roth.... Gue bener2 terobsesi ama acara ini, sampe bikin acara hampir sama setiap malam tahun baru ama tetangga dan sangat kecewa pas Indonesia bikin tiruannya, TANG TING TONG, yang nggak bersaing abis.

Malem2 hari kerja, kita dihibur ama sinetron2nya TVRI kayak LOSMEN (Mang Udel, Mieke Wijaya, Ida Leman, Dewi Yull, Mathias Muchus), terus ada DR. SARTIKA (Dewi Yull, Dwi Yan), JENDELA RUMAH KITA (kalo nggak salah ini malam minggu deh...pokoknya ada Dede Yusuf, Septian Dwi Cahyo), terus ada KELUARGA RAHMAT (Bu Hebring, Bu Subangun, ini bener nggak ya? rada lupa). Kalo ngomong sinetron nggak boleh lupa ACI, figur karang taruna teladan. Pokoknya semua sinetron ini nggak pernah gue lewatin tiap penayangannya. Dan bagi yang tak kuat memendam rindu pada alunan nada karya anak bangsa hingga malam minggu nanti, ada SELEKTA POP setiap malam Rabu (kalo nggak salah).

Jaman SD, berarti jaman kita masih suka ditutupin mata ama orang tua kalo ada adegan bahaya. Dan berarti jaman gue nggak boleh nonton drama2 impor kalo malem. Tapi tetep aja gue suka nyuri2 dengan alesan pengen tidur di ruang tamu, padahal pengen nonton REMINGTON STEEL, DYNASTY, SANTA BARBARA. Masalah drama impor nggak boleh lupa ama HUNTER, LITTLE HOUSE ON THE PRAIRIE, dan LITTLE MISSY.

Oh ya, TVRI juga nggak lepas dengan acara bermutu lainnya seperti APRESIASI FILM NASIONAL yang sangat kusuka, karena bisa nonton cuplikan film horor dan lagu penutupnya yang nggak tau kenapa, bikin hati sendu. Aku cintaa... Anda cintaa... Buatan Indonesia (tirainya turun..). Ada juga CERDAS CERMAT, tempat anak2 pintar se-Indonesia adu pengetahuan. Acara bikin gue ngiri ama anak2 yang bisa jawab pertanyaan yang nggak bisa gue jawab, dan bikin gue menghujat yang nggak bisa jawab pertanyaan2 gampang. Hahhh...tapi dulu pengen banget bisa tampil di sana, sayang nggak kesampean.

Banyak juga yah ternyata JUALANnya TVRI waktu itu. Dan waktu itu emang LARIS MANIS banget, karenaaa...stasiun TV cuma satu. Tapi tetep kok, secara kualitas emang bagus. By the way, kalo ada yang pengen nambahin acara2 paten TVRI, monggo.....

Kalo di Amrik ada MTV GENERATION, di Indonesia mestinya ada GENERASI TVRI.